Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan

Mempertimbangkan Masuk sekolah sepak-bola

Beberapa bulan yang lalu anak laki-laki kami  (9 thn) menyatakan keinginannya untuk masuk sekolah bola di dekat rumah. Sudah lama memang ia senang bermain sepak-bola, tapi kami tidak pernah terpikirkan untuk menseriusi permainan sepak-bolanya dengan memasukkannya ke sekolah sepak-bola, terlebih lagi karena kami berpendapat bahwa sepak-bola hanya sekedar tontonan, bukan sebuah profesi yang menjanjikan.

Karena berkali-kali diutarakan, akhirnya keinginan ini disambut oleh buyanya dengan memberikan tugas persyaratan, tugas ini dimaksudkan dengan mencapai dua tujuan, pertama secara pengetahuan si anak jadi tahu mengenai kondisi persepak-bolaan di Indonesia dan dunia, yang kedua persyaratan ini dimaksudkan untuk melihat keseriusan serta melatih kegigihan dia dalam memperjuangkan apa yang ia inginkan.

Mulailah hari-hari ia habiskan untuk googling terkait dunia sepak bola, dimulai dari sejarah sepak-bola, sepak-bola di Indonesia, kondisi politik sepak-bola indonesia serta masa depan sepak-bola indonesia.

Selain googling, ia juga sibuk mencatat dan belajar bagaimana menyusun slide presentasi, Buya memberikan waktu selama dua minggu untuk proses itu.



Ia memperlihatkan kegigihannya dalam proses penyelesaian tugas presentasi, sehingga meninggalkan bermain di luar ataupun memilih di rumah ketika di ajak pergi, "ingin menyelesaikan tugas katanya"


Puncaknya, di suatu pagi Pancar mempresentasikan mengenai dunia persepakbolaan, yang dimulai dari sejarah sepak-bola itu sendiri, kapan masuk ke Indonesia, organisasinya, serta masa depan sepak bola Indonesia. Dari proses ini dia mengenal beberapa tokoh penting di Indonesia, yaitu Presiden Soekarno, serta Soeratin Sosrosoegondo sebagai pendiri PSSI. Bahkan ada hal penting yang ia sukai dari apa yang pernah disampaikan oleh Presiden soekarno mengenai penolakkannya terhadap keikut-sertaan Israel dalam Asian Games pada waktu itu, karena sudah jela-jelas bahwa Israel itu penjajah, dan penjajah itu harus dihapuskan.

Begitulah, cerita pembelajaran di keluarga kami, bagaimana menanamkan keteguhan dalam mencapai tujuan atau yang selalu saya sebut sebagai mengasah daya juang.

see you...
| Tidak ada komentar

Parentingan: Happy Mommy Happy Family

Hari kamis kemarin, adalah saat dimana kami memulai lagi aktifitas kajian sambil menunggu anak-anak Cita Pelangi pulang sekolah, sebelumnya aktifitas kajian tematik dan pengajian Al-Quran sudah dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun 2017 ini.

Pukul sembilan lewat lima belas menit ibu-ibu Cita Pelangi yang senang saling menyapa dengan sebutan Mak ini sudah berkumpul di area taman Tasa Swimming Pool, saya langsung mengajak mereka untuk membuat lingkaran besar sambil berdiri, Ibu-ibu di ajak main tebak-tebakkan, satu orang ibu maju dan melihat gambar yang saya tunjukkan, dan bertugas untuk menyampaikan clue kepada ibu-ibu yang lain dengan memakai bahasa inggris atau boleh dengan memperagakannya.


Satu per satu ibu-ibu maju, dan satu per satu ibu-ibu menebak, saya pikir bagian tersulitnya adalah ketika mama mylo harus menyampaikan clue tentang Macgyver, namun ternyata berhasil ditebak oleh mama Hanin, walaupun dia kelahiran tahun 1987 yang kami pikir tidak mengenal sosok ini.



Senang sekali melihat ibu-ibu bergembira saat memulai acara ini, yuk mari-mari kita bagi kelompok ini menjadi dua kelompok tanpa menggunakan suara, kelompok ganjil untuk ibu-ibu yang usianya sekarang ganjil dan kelompok genap untuk ibu-ibu yang kali ini usianya genap, tanpa bersuara ya ibu-ibu.



Baik... sekarang tugasnya adalah ibu-ibu berdiskusi untuk mengidentifikasi apa saja yang membuat ibu-ibu galau dan rumuskan solusinya.

Sekarang kita lihat kelompok genap, tampaknya sepi sekali... tapi tetap terlihat adanya aktifitas diskusi, dengan seseorang yang sedang mencatat.

Tibalah saatnya presentasi dari kelompok ganjil, didenger-denger kok presentasinya agak ganjil gitu yah... kalo anak rewel kasih hape... gituh katanya...




Presentasi dari kelompok genap ini tampak seperti penyuluhan bubuk abate gituh, tapi seru juga sih dia... dari presentasinya dikatakan kalau anak lagi ga mau makan, bawa aja ke kfc... ulala keren banget kan... saya juga mau ah...

ok cukup sekian sharing discuss kita hari ini, kita tutup dengan Basmallah... see you next time








| Tidak ada komentar

Outbound di Sekolah Alam

Istilah Outbound berasal dari kata Outward Bound. Outbound adalah sebuah ide pendidikan inovatif yang dikreasikan oleh Kurt Hahn.

Kurt Hahn adalah seorang berkebangsaan Jerman yang lahir di Berlin pada tanggal 5 Juni 1886. Ide Kurt Hahn kini telah bertahan dan berkembang selama lebih dari enam puluh tahun.

Hasil gambar untuk kurt hahn outward bound
Kurt Hann
Pengertian outbound secara lengkap adalah sebuah kegiatan yang dilakukan di alam terbuka (Outdoor) dengan melakukan beberapa simulasi permainan  baik secara individu maupun perkelompok.

Di Sekolah Alam sendiri, Outbound dipercaya sebuah metode pelatihan untuk membangun karakter manusia yang berbasis pada pengalaman dengan kegiatan alam terbuka sebagai media utamanya. Tujuannya adalah membangun karakter tangguh anak-anak, sifat-sifat kepemimpinan dan kemampuan bekerjasama yang didasari akhlak mulia. Kegiatan outbound di Sekolah Alam diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:

  1. Fun Games Kegiatan ini menekan unsur-unsur koordinasi, konsentrasi dan kebersamaan. Dalam pelaksanaannya dikemas dalam nuansa rekreatif dan menghibur.
  2. Low Impact Games Dalam kegiatan ini siswa mulai dikenalkan pada tema-tema yang terkait dengan kerjasama, komunikasi, membuat perencanaan, mengatur strategi, efisiensi waktu, pendelegasian tugas, kejujuran dan tanggung jawab sosial. Low Impact games mulai diberikan kepada siswa-siswi kelas besar (SD kelas 3 – SL kelas 9).
  3. High Impact Games Kegiatan ini menyajikan tema-tema yang terkait dengan pengendalian diri, peningkatan keberanian, kekuatan rasa percaya diri, keuletan dan pantang menyerah. High impact games mulai diberikan pada kelas kecil hingga kelas besar. 

| Tidak ada komentar

Belajar Berani di Sekolah Alam

Pengalaman selama menjadi fasilitator setidaknya menularkan sedikit keberanian dihatiku, karena setiap dua kali dalam seminggu aku mendampingi mereka untuk melakukan outbound, hari kamis untuk anak playgroup A dan hari jum'at untuk playgroup B.

Foto Lina Wahyuni.
Murid Playgroup sedang Outbound
Olehkarenanya guru-guru juga dipersiapkan untuk itu, mereka harus menjadi teladan keberanian untuk murid-muridnya, so guru-guru juga diharuskan untuk melakukan outbound mulai dari flyng fox, monkey bridge dan teman-temannya, sampai rapling turun dari lantai 4, padahal saya takut tinggi. Gimana dong... mau kabur gak bisa.... hahaha. Serunya lagi sewaktu-waktu guru-guru diajak outing keluar untuk sekedar rafting, paint ball, ataupun seserius survival.
Foto Lina Wahyuni.
Rapling di gedung ICT sekolah
Foto Lina Wahyuni.
paint ball
Foto Lina Wahyuni.
Rafting di sungai citarik
Foto Lina Wahyuni.
After Paint Ball
Tapi akhirnya, saya ketularan berani juga, Alhamdulillah, iya dunk, malu sama muridnya yang dari umur dua tahun udah berani-berani melewati tantangan-tantangan outbound. Jadi saya mendapat keberanian, ya dari murid-murid kecil saya ituh... bahkan saya juga belajar berani berkuda dari mereka, karena berkuda jauh lebih sulit dibandingkan dengan belajar motor, kalau terjadi sesuatu dengan motor seperti tergelincir, motor bisa kita kendalikan karena kita bisa mematikan mesinnya dengan kunci motor, sedangkan kuda lebih kompleks, kita mesti memahami psikologis dia, cara naik, cara memegang kendali, bahkan cara turunnya, dan jika sewaktu-waktu si kuda mengamuk di tengah perjalanan, kita tidak bisa mematikannya seperti layaknya sepeda motor.
Foto Lina Wahyuni.
Pose setelah berkuda
Foto Lina Wahyuni.
Kegiatan di Green Lab
Foto Lina Wahyuni.
Kegiatan di Green Lab

Model Pembelajaran

Maka benar adanya jika di Sekolah Alam guru pun belajar dari murid, bahkan orang tua juga belajar dari guru dan siswa. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka juga belajar dari alam sekelilingnya. Mereka belajar bukan untuk mengejar nilai, tetapi mereka belajar untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran di Sekolah Alam menggunakan model spider web. Dengan model seperti ini, siswa (diharapkan) mampu mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata dan sekaligus dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima dengan terintegrasi.


Fasilitas: Gedung atau Saung

Sekolah alam biasanya memang tidak menggunakan bangunan gedung yang mewah melainkan saung kelas dari kayu, sehingga biaya untuk gedung lebih murah. Karena pendidikan yang berkualitas tidak ditentukan oleh bangunan fisik gedungnya, melainkan pada kualitas guru, metodologi yang benar dan resource buku yang memadai sebagai gerbang ilmu pengetahuan.


Konsep Pendidikan di Sekolah Alam

Konsep pendidikan di Sekolah Alam berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadist yang menerangkan bahwa tujuan manusia diciptakan, salah satunya adalah menjadi khalifah di muka bumi. Oleh karena itu sekolah alam  memprioritaskan pada tiga pokok materi dalam konsep pendidikannya, yaitu:
  1. Akhlakul Karimah (sikap hidup)
    Metode Utama    : Keteladanan
  2. Falsafah Ilmu Pengetahuan (logika berfikir)
    Metode Utama  : Active Learning dan diskusi
  3. Latihan Kepemimpinan (Leadership)
    Metode Utama  : Dynamic group dan Outbound Training

Jika teman-teman masih galau saat hendak memasukkan anak-anaknya ke Sekolah Alam, InsyAllah kegalauan teman-teman tidak beralasan, jika saya saja sebagai guru bisa menemukan banyak pelajaran dan tertularkan banyak hal positif dari sana apalagi anak-anak kita yang masih dalam proses pertumbuhan. Ini baru dari satu sisi loh, saya belum memaparkan beberapa program seperti Pekan Literasi, Sains Festival, Pet Day, Market Day, Green Lab, Survival etc. Pokoknya keren dech...

Kalau ada coment atau pertanyaan... jangan sungkan-sungkan, silahkan di coment di bawah... ya...

Dari sekolah alam saya memetik banyak pelajaran, salah satunya adalah pelajaran tentang keberanian, dan gayung pun bersambut, beberapa tahun setelah itu saya mendapatkan sebuah iklan untuk mengikuti festival kebudayaan di Dieng sekaligus naik gunung bertajuk fun family.

Akhirnya kami pun melakukan persiapan pendakian pertama.


| Tidak ada komentar

Tips Agar Anak tidak terkena pengaruh Buruk Lingkungan

Emak-emak dan bapak-bapak keren yang berbahagia, pernah dengar tentang kasus seorang ibu yang tak selaras kata dengan suaminya dalam hal parenting, atau seorang suami yang tak selaras kata dengan istrinya, atau suami-istri selaras kata tapi kemudian tidak selaras kata dengan nenek-kakeknya, atau om/tantenya dalam hal parenting tentunya.


foto diambil dari www.wellnessexclusive.com


Atau jangan-jangan masalah itu terjadi pada kita, so... kita yang sudah merasa benar dan sesuai track dalam parenting ini menyalahkan orang lain yang bisa jadi dia itu adalah suami kita, ibu kita, mertua kita, atau adek kita sebagai tantenya atau bahkan bisa menyalahkan anak tetangga yang telah berhasil membuat anak kita ikut-ikutan berbahasa kasar.

Ga jarang kan orang-tua yang bilang anak saya ketularan atau ikut-ikutan ngomong kasar gara-gara temen-temennya, atau gara-gara anak tetangga sebelah yang saban hari maen sama anak kita.

So Guys... Emak-emak cetar dan Bapak-Bapak keren sedunia, bijak ga yah kira-kira.... kalau kita nyalahin orang-orang yang disebutin di atas sebagai penyebab perilaku bermasalah anak-anak kita, sebab anak kita ya... anak kita... 

Kita punya banyak keutamaan dibandingkan orang lain... kitalah yang melahirkan dia, kita juga lah yang berada di sisi dia dalam durasi lebih lama dibanding bermain dengan teman sekolahnya, kita jauh lebih sering bersama dia dibanding tante-tantenya atau kakek-neneknya, kita juga mempunyai kasih sayang orang-tua kepada anak. So... kitalah yang mestinya punya bairgaining power terhadap anak-anak kita, kata-kata kitalah yang mestinya lebih mereka dengar dibanding teman-temannya.

Lalu bagaimana caranya agar anak-anak lebih mendengarkan kita sebagai orang-tua sehingga mereka tidak terpengaruh buruk oleh lingkungannya.

1. Manfaatkan Waktu Bersama Anak
Kita seringkali bersama anak namun kita tidak benar-benar berada bersama mereka, luangkan waktu  minimal sekitar 10 menit saja untuk menyatakan bahwa kita menyayanginya, atau mengatakan bahwa kita begitu merindukan saat-saat bisa bercengkrama bersama dia disela-sela kesibukan kita sebagai orang-tua, atau menanamkan sugesti positif lain yang membangun jiwanya seperti "terima kasih telah menjadi kakak yang baik ya" atau "terima kasih telah menjadi adik yang baik ya", atau bisa juga dengan membacakan kisah-kisah teladan.

2. Utarakanlah Harapan Anda
Kita seringkali mengharapkan anak-anak berperilaku baik seperti yang kita mau, tapi apakah anak-anak mengetahui keinginan dan harapan kita, olehkarenanya utarakanlah keinginan dan harapan-harapan kita sebagai orang-tua kepada anak, katakanlah kepada mereka bahwa dalam kehidupan ini kita mempunyai prinsip yang harus dijaga, salah satunya adalah menggunakan mulut yang kita punya untuk berbicara hal yang baik-baik saja.

3. Menjadikan Masalah sebagai Sekolah
Bisa jadi anak kita akan datang kepada kita dengan mengatakan "kok dia boleh ngomong begitu, kok aku engga boleh". So... jadikan masalah kedua ini sebagai imunitas tambahan, diskusikan dengan anak-anak apa-apa kira-kira yang membuat anak-anak lain berkata kasar, diskusikan juga pilihan-pilihan sikap yang harus dilakukan. Masalah akan selalu kita temui dimana saja sepanjang kita hidup di dunia, orang yang cerdas adalah orang yang menjadikan masalah sebagai sarana pembelajaran dan bukan malah melarikan diri darinya, dan salah satu tugas kita sebagai orang-tua adalah membantu anak-anak menghadapi masalah yang ia temui.

4. Lakukan berulang
Berdiskusi dengan anak adalah salah satu wadah untuk mendengarkan anak dan juga sebagai wadah untuk berbicara guna memberikan pengarahan kepada anak, lakukanlah secara berulang dan janganlah bosan.

Demikianlah sedikit tips dari saya, semoga bermanfaat....!!!
Anda juga bisa membaca artikel Bunda, mainan baruku dirusak...

| Tidak ada komentar

Menyingkirkan kesulitan membaca Al-Quran


Hari ini ku bilang kepada si sulung "teh, kemampuan qur;an mu sudah banyak perkembangan", si teteh menyunggingkan senyumnya, entah apa yang terekam dalam batinnya, "hafalannya juga sudah bertambah banyak". Teteh sudah berhasil menyingkirkan fobia sulitnya membaca Al-Quran, sekarang bisa membaca dengan riang, tanpa lakon mengaduh.

sumber : belajar membaca al-quran

Si teteh awalnya tidak suka membaca huruf arab karena tingkat kesulitannya, walaupun sudah mencuri start dengan menceritakan kisah-kisah dalam Al-Quran terlebih dahulu agar timbul kecintaan-Nya terhadap kalam Tuhannya, tapi ternyata usaha ini bukanlah usaha mudah."Kenapa sih baca Quran itu susah?" rungutnya.

Walaupun merungut-merungut, untungnya ngga bikin fobia sih pemirsahhh.
Tapi pernah denger sih katanya, belum sempat memastikan, bagi pembaca yang mau memastikan silahkan aja browse, nanti boleh share ke saya, konon katanya dalam sulitnya membaca Al-Quran itu Allah menggugurkan dosa-dosa kita, bener ga yah ada haditsnya, kalo hadits yang menyatakan pahala bagi orang yang membaca nya terbata-bata sih emang ada, dua pahala untuk satu huruf.

Kembali lagi ke persoalan di atas, sempat mikir sih, mungkin bukan typenya belajar secara monoton dan berulang-ulang seperti di iqro, tapi apakah pemikiran itu menjadi final dan akhirnya menjadi pamkluman atas kemampuan membaca qurannya, justru energi positifnya adalah mencari cara atau find the way gitu loh...
Allah memudahkan semuanya, jika kita berusaha, berdoa dan bersabar,  eh ternyata gayung pun bersambut, ada seorang teman menginfokan seminar tentang "Balitaku Khatam Al-Quran" oleh Dr.Sarmini, Lc.Ma... dari situ aku memperoleh tips agar anak-anak tetap bersemangat dalam belajar bersama Al-Quran. Nah kebetulan si pembicara ini sekaligus penulis buku "Balitaku khatam Al-Quran".
sumber :  www.tokobukuhanan

Akhirnya memilih untuk tidak menyelesaikan iqro, dengan modal sudah bisa menyambung huruf lalu langsung lompat ke Al-Qur'an, awalnya kesulitannya sering membuatnya mengaduh, sehingga menguras emosi emaknya, lalu saya pun mengadu kepada Allah. Di situlah keajaiban dimulai, mulai dimudahkan, mulai dilunakkan hatinya begitu pun hati saya, melunak dengan menerima kemampuan membaca Qurannya yang sedikit, dengan harapan ketika mengasahnya setiap hari, walupun sedikit-sedikit tapi InsyAllah menjadi bukit.

Kemarin  guru ngajinya di weekend tahfidz bilang "Kaori sudah punya lagam, padahal yang lain belum", nggak nyangka teh, dapat komentar kayak gitu, masyaAllah tabarokAllah.

So, kesimpulannya adalah bagaimana agar bisa tetap semangat dan menyingkirkan kesulitan itu:
1. Dimulai dengan menceritakan kisah-kisah dalam Al-Quran, sehingga si anak mikir ngga nyangka yah, ternyata Al Quran itu seru walaupun ngga ada gambarnya tapi bisa bikin gambar dalam imajinasi
2. Dimulai dengan huruf-huruf yang berbeda, kayak metode glenn doman gituh, kalo habis ngajarin huruf ba jangan ajarin huruf ta, tapi langsung huruf jim, karena punya bentuk yang berbeda
3. Jangan terlalu banyak mengulang-ngulang iqro, anak jadi bosan
4. Langsung baca Quran kalo sudah iqro 5
5. Jangan kepancing emosi kalo anak lagi kesulitan baca
6. Doain si anak secara khusus di waktu mustajab

Didiklah anak mu dengan sabar dan istiqomah, InsyAllah berbuah berkah.
Sederhana sekali kata sabar dan istiqomah itu
tidak semudah yang dituliskan, tidak semudah yang diucapkan
tambah doa deh,,,, InsyAllah mudah
| Tidak ada komentar

Pasword

Beberapa waktu yang lalu sisulungku bilang "bunda, aku ganti password" 

Aku : "Apa teh passwordnya?"

Teteh : "Bundaku sayang"

hmmmmmmm

tears.....

it's so beautyfull honey

 
| Tidak ada komentar

chesee cake lumer

Nyobain mixer baru...
jadi deh chesee cake lumer...
tapi modalnya ngga nahan bo...
beli bahannya ajah dah abis Rp.120.000

| Tidak ada komentar

Eksperimen brownis

Aih asyiknya masak-masak...
anak-anak di keluarga kami paling suka aktivitas dapur
kalo udah melakukan eksperimen berasa jadi koki terkenal


Kali ini eksperimennya adalah brownies millo. Next time kita share ya... resepnya, sederhana dan ngga pake ribet.
| Tidak ada komentar

Kisah Pemboikotan di Rumah Kami

Inilah kisah pemboikotan di rumah kami...

Setiap ada postingan yang saya pikir penting untuk kehidupan kami ataupun penting untuk keberlangsungan kehidupan orang lain, saya selalu mensosialisasikannya kepada anak-anak sebagai tambahan cerita sebelum tidur, dan mereka selalu antusias dalam menyimak apa yang saya sampaikan. Efek baiknya itu menjadi motivasi buat mereka untuk selalu melakukan kebaikan berdasarkan informasi tersebut dan lebih jauh dari itu mereka menjadi reminder saya, jika saya melakukan kekhilafan, dan saya seringkali teramat malu untuk hal itu.

Pada kasus tentang postingan "Jangan berlama-lama di kamar mandi" yang selama ini tersebar lewat WA atau BBM misalnya, saya langsung menceritakan ini kepada anak-anak karena saya tahu kebiasaan anak pertama saya suka berlama-lama berada di kamar mandi, dan keesokkan harinya dia langsung laporan kalau mandinya sudah jauh lebih cepat dari biasanya, sedangkan anak saya yang kedua  langsung punya ide untuk menulis doa keluar kamar mandi di tembok masuk kamar mandi biar dia selalu ingat katanya, terutama jika di malam hari.

Lalu postingan tentang ajakan memboikot  produk Israel dan Amerika misalnya, saya juga mensosialisasikan kepada anak-anak dan memperlihatkan kepada mereka logo-logo dari merk tersebut. Dalam praktek sehari-hari pun mereka berusaha menghindari produk-produk tersebut sebisa mungkin, walaupun itu adalah makanan atau snack kesukaan mereka dan malah jika masih ada satu diantara produk tersebut masih bertengger di rumah, mereka akan langsung bertanya, "kok Bunda pake ini sih, ini kan punya Amerika!"

Upsi... "iya kak... ini belum habis, sudah lama belinya, sebelum ada pemboikotan, nanti kalau sudah habis, Bunda ngga beli lagi".

Atau tentang "Isu Penyambutan Dajjal" saya menceritakan kepada mereka tentang Dajjal, dan  memperlihatkan kepada mereka video pendek tentang penyambutan dunia dengan membuat symbol-symbol Dajjal di berbagai macam tempat, bangunan, tata letak kota, patung, lukisan, logo stasiun tv, logo acara tv, kartun, dan bahkan sajadah. Walhasil mereka menjadi familliar dengan istilah-istilah seperti freemasonry dan piramida bermata satu, dan lebih dari itu mereka pun awas/pandai/cermat jika melihat segala sesuatu yang disisipkan symbol Dajjal. Jika mereka melihat symbol tersebut dalam motif batik, sajadah atau tayangan tv, maka mereka pun langsung melaporkannya kepada saya.

Ini sebetulnya bukan hanya kisah pemboikotan produk-produk Amerika dan Israel, tapi bagaimana saya ingin menjaga ikatan kedekatan dengan anak-anak sampai waktu yang tak terhingga dan membentengi mereka dengan nilai-nilai keimanan yang mereka fahami dengan memanfaatkan quality time. Sekali mendayung dua pulau terlampaui, begitu kata peribahasa kita, dengan pemanfaatan quality time bersama anak, kita dapat memupuk ikatan batin dengan anak sekaligus menyampaikan informasi penting untuk mereka.


Dalam buku Propetic Parenthing atau Bagaimana Cara Nabi Mendidik anak disampaikan bahwa Rasulullah SAW memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, dan menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak.

Ada tiga waktu mendasar yang bisa digunakan dalam memberi pengarahan kepada anak.


1. Dalam perjalanan
Riwayat al-Hakim dalam kitab Mustadraknya, menegaskan bahwa perjalanan itu dilakukan di atas kendaraan. Dia meriwayatkan  dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma:

Nabi Shallallahu alayhi wasaalam diberi hadiah seekor bighal oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengkanku dibelakangnya. Kemudian beliau berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil, "Hai anak kecil."
2. Sedang sakit
3. Saat makan

Itulah waktu-waktu yang dipergunakan RAsulullah dalam memberikan pengaruh terhadap pikiran anak, namun kita juga boleh memanfaatkan jika ada saat-saat lain yang terbilang kondusif.

Maka mulailah dari saat ini, jangan tunggu figur-figur lain lebih berpengaruh terhadap anak-anak kita dibandingkan kita sendiri sebagai orang-tuanya.




| Tidak ada komentar

Memancing Ikan


Pancar pulang dari kolam ikan
Dia membawa ikan dan lap sambil tersenyum senang
Lapnya untuk mengelap ikan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Diceritakan oleh Kaori kepada gurunya di PAUD MAHESA saat berumur 5 menjelang 6 tahun, sepertinya menjadi "gambar terbaik yang bercerita" saat itu sehingga bu guru sempat bilang mau memfiguranya agar menjadi contoh bagi para orang tua lainnya.

Apa yang digambar dan diceritakan Kaori mungkin terilhami dari hobby buyanya memancing, beberapa kali Kaori pernah ikut memancing, serta melepaskan ikan dengan menggunakan lap. Fungsi lap adalah agar tidak licin saat memegang ikan. 

Kalo yang ini digambar di rumah, naik perahunya sepertinya terinspirasi saat pulang kampung ke Palembang, dan saat itu Buya memang bawa pancing, walaupun akhirnya mengurungkan niatnya untuk memancing karena tidak diperbolehkan petugas.


| Tidak ada komentar

Alexa Peri dan awan


oleh Kaori (7 thn)
| Tidak ada komentar

Bermain di taman

Anak-anak bermain di taman
Di sana ada dua buah perosotan
Ada dua buah ayunan
ada juga pohon apel yang sedang berbuah
ilustrasi oleh Pancar (5 th)

| Tidak ada komentar

Cinta

(Ditulis oleh Kaori saat berusia 5 tahun)

Aku cinta pada ibu
Artinya aku cinta pada bunda
Selama-lamanya aku cinta
Aku cinta keluargaku

Selama-lamanya aku cinta
| Tidak ada komentar

Kisah di suatu pagi : Buya, hati-hati ya...!

Pancar : "Buya, hati-hati ya di jalan"

Buya : "iya, ma kasih ya... Assalamualaikum"

Pancar : "wa alaikum salam"

Buya berangkat

Pancar : "Bunda, aku bilang ke Buya untuk hati-hati karena aku ngga mau jadi anak apa tuh kalau bapaknya neninggal"

Bunda : "anak yatim maksudnya"

Pancar : "iya, aku ngga mau jadi anak yatim, nanti ngga ada yang nyariin duit"

Bunda : "oh gitu"

Pancar: "aku senengnya Bunda di rumah aja"
| Tidak ada komentar

Sepenggal Kisah Kajian Parenting

Mengapa saya begitu keukeuh untuk menyelenggarakan kajian parenting secara continue, adalah karena kita menghadapi anak-anak kita setiap hari, tapi sudah cukupkah perbekalan kita untuk mendidik dan merawat mereka secara optimal dengan sekian tugas rumah yang tak kunjung selesai. Alhamdulillah di Indonesia ini untuk masalah pengajian, orang bisa leluasa mau mengaji di mana saja, masjid berjamuran ada dimana-mana, tapi kalau kajian parenting walaupun sudah banyak yang menyelenggarakan, tapi belum tentu bisa continue menyelenggarakan setiap bulan, dan sebagai pembelajar tentu saja kita butuh yang namanya follow up.

oleh karena itu saya memberanikan diri menawarkan dan menyelenggarakan kajian ini secara mandiri di kediaman saya bagi lingkungan sekitar, dengan harapan dapat menjadi sebuah forum yang saling mengokohkan keluarga masing-masing, kalau boleh pinjam istilah yang diproklamirkan Ayah Edy, Indonesia itu harus Strong from Home, agak susah, mungkin susah, atau sangat susah jika mengharapkan dari luar, toh sekolah lebih memfokuskan pendidikannya pada hal-ahal yang terkait akademik saja, hal-hal yang sebetulnya termasuk keterampilan yang paling mudah dibandingkan dengan harus menggembleng karakter anak, tentu saja butuh bertahun-tahun untuk ini.

Belajar menjadi orang tua yang baik adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, tidak hanya berlaku bagi keluarga-keluarga yang orang tuanya  berpendidikan tinggi tapi juga bagi keluarga yang tak beruntung dalam mengecap pendidikan, karena tantangan zaman dan kemajuan teknologi  berlaku untuk semua anak-anak di dunia ini, oleh karenanya kita mesti mempersiapkan bekal untuk anak-anak kita dalam menghadapi arus globalisasi ini. Satu kalimat ini saya renungkan betul-betul terutama saat kajian pertama yang saya selenggarakan didominasi oleh audience yang berasal dari luar komplek dan notabene adalah ibu-ibu janda Dhuafa yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga di komplek ini.


Akhirnya kejadian juga harus menyederhanakan bahasa parenting ini ke dalam bahasa sehari-hari yang lebih dimengerti oleh mereka, sesuatu yang tadinya saya anggap luar biasa,  dan kemudahan itu datang dari Allah sang pemilik alam ini, semoga saja hal ini memberikan manfaat untuk mereka, walaupun sempat berkecil hati sebelumnya. Namun adalah sebuah keharusan bagi saya untuk berusaha melakukan yang terbaik dengan kemampuan yang saya punya, dan adalah hak prerogatif Allah untuk menggerakkan hati dan fikiran mereka ke arah yang lebih baik.

Wallahu A'lam


| Tidak ada komentar

Follow Up Belajar Sabar dan Membangun Citra Diri yang Baik

Masih dalam edisi mendampingi Pancar (5 th) bersabar...

Sore itu sekitar dua hari yang lalu saat kami semua bersiap-siap sholat maghrib berjamaah, Pancar terjatuh di pintu kamar mandi, tangisannya melengking-lengking seakan dunia mau runtuh.

 

sumber: kompasiana.com

Saya menghampirinya dan menuntunnya untuk duduk, agak sebal memang saat memikirkan betapa hiperbolanya tangisan itu, betapa yang ia cari juga mungkin hanya sekedar perhatian saja atas kecelakaan kecil yang ia anggap besar.


Sambil menuntunnya duduk saya katakan "sakit ya... duduk dulu ya" tanpa dibuat-buat, hal ini dimaksudkan agar ia tidak semakin melebih-lebihkan sakitnya, saya terima perasaannya kalau dia sakit, namun saya juga tidak mau mendramatisir keadaan dengan menyatakan simpati yang terlalu berlebihan.

Memakai kalimat mba Ellen Kristi dalam blognya Pustaka Charlotte Mason Indonesia, beberapa contoh kalimat penyangkalan/penolakkan yang paling sederhana saat anak terjatuh, lututnya mungkin merah, kita pikir tidak ada yang lecet, pasti tidak terlalu sakit (menurut kita). Tapi anak menangis keras-keras, seolah-olah dunia mau runtuh, berlebihan (menurut kita). Maka apa yang kita katakan?  "Diam, gitu aja nangis!", "sudah tidak apa-apa, sebentar juga sakitnya hilang!" "Kan ngga lecet, ngga terlalu sakit itu". Jadi kita  menyangkal/menolak perasaan anak. Dia merasa sakit tapi kita memaksanya untuk yakin bahwa dia tidak sakit. Dia membayangkan sakit itu akan berlangsung lama, dan kita berkeras bahwa sakit itu cuma sebentar. Lalu kita menyuruh mereka untuk berhenti menangis, padahal mereka merasa ingin menangis. "Dan anak-anak tidak punya kendali atas keinginan menangis itu".


Setiap penyangkalan semacam ini, entah disampaikan secara halus maupun kasar, membuat anak-anak jadi tak kenal diri dan perasaan-perasaan mereka sendiri, bahkan merasa bersalah atas emosi mereka. “Aku tak boleh menangis! Aku tak boleh sedih! Aku tak boleh marah!” dan seterusnya. Sangat tidak sehat secara emosional baginya dalam jangka panjang. Selain itu, penyangkalan memblokir koneksi batin antara anak dan orangtua. Anak merasa bahwa orangtua tidak menerima dirinya apa adanya, hanya mau melihat yang baik-baik saja, tidak mempercayai perasaannya. Tak heran ia di kemudian hari belajar untuk menyembunyikan perasaannya dari orangtuanya, dan makin lama orangtua dan anak makin tidak mengenal satu sama lain – dan makin banyak konflik yang muncul!

Lebih lanjut lagi mengenai penyangkalan/penolakkan tersebut oleh Fauzhil Adhiem disebutkan sebagai faktor memberikan andil besar terhadap pembentukkan citra diri yang buruk. Yakni bagaimana cara seseorang memandang dirinya sendiri berpengaruh besar terhadap penerimaan diri. Cara memandang diri sendiri sangat terkait dengan keyakinan tentang diri. Seseorang yang merasa tidak berharga, menganggap bahwa tidak ada satu pun yang mau menerima dirinya, maka sebanyak apa pun kawan disekelilingnya dan sebaik apapun sikap orang terhadapnya, tetap tidak bisa membuatnya menerima diri sendiri. Ahhh... saya pernah mengalaminya, trust me "ini sangat melelahkan".

Kembali ke kisah jatuhnya Pancar di kamar mandi, saya mulai memakai mukena dan mengajaknya sholat, tangisnya sudah mereda, seusai sholat saya menanyakan kembali pelajaran kesabaran tempo hari, "kakak tadi jatuh, kakak mau sabar apa ngga?"

Pancar : "mau"

Bunda : "kenapa?"

Pancar : "karena kalau sabar dapat pahala, kalau ngga sabar dapat sakit aja"

Bunda : "good Pancar"

 

Lalu kami pun berdoa " Ya Allah, hari ini kakak Pancar jatuh di kamar mandi, tapi kakak Pancar sedang belajar menjadi anak yang sabar, Ya Allah terima kasih Engkau telah menjadikan kakak Pancar anak yang sholeh."

Begitulah pelajaran yang kami peroleh hari itu, bukan cuma Pancar yang sedang berusaha bersabar, Bunda juga harus menjadi tauladan kesabaran, semoga hal ini berguna bagi ujian kehidupan, karena sabar tidak hanya diperlukan di saat susah dan sakit tapi juga di saat senang dan bergelimangan.

| Tidak ada komentar

Parenting, berkaca pada mie instan


Pancar: "aku sebel sama nyamuk, tiap hari aku bentol terus"

Bunda: "gatel ya kak, (ungkapan menerima perasaan) kita ikhtiar dulu ya... pakein minyak telon"

Pancar: "nanti masih gatel trs bentolnya ngga ilang-ilang"

Bunda: "kita ikhtiar dulu, pakein minyak, kalau sabar dapat pahala kalau ngga sabar dapat gatelnya aja"

Berusaha untuk konsisten tidak mendikte untuk bersabar dengan kalimat "sabar ya" atau "sabar dong" tapi dengan memberikan pilihan "kalau sabar dapat pahala kalau ngga sabar dapat gatel aja" dengan begitu saya tidak menolak perasaan dia yang sedang sebal, tapi lebih dengan memberikan pilihan, dengan sendirinya dia memilih.

Pancar mulai senyum-senyum.

Ini hari kedua dengan dialog yang hampir sama, tapi dengan tingkat kesabaran yang berbeda, sudah ada kemajuan, orang tua juga perlu belajar bersabar dengan prosesnya karena untuk menikmati mie rebus instan saja sebetulnya memerlukan proses yang tidak instan di dalam pabriknya.

| Tidak ada komentar

Mengambil alih dunia

Pagi ini selesai mandi dan merapihkan kamarnya Kaori (7 th) bertanya: "Bunda, apa sih artinya mengambil alih dunia?"

Bunda: "hmmm... mengambil alih dunia ya, itu artinya mencoba berkuasa dan memimpin dunia ini dari pemimpin sebelumnya"

Kaori:"Ada ngga dalam hidup ini yang mengambil alih dunia?"

Bunda:" Ada, itu yang dinamakan perang secara halus, atau disebut perang pemikiran"

Kaori manggut2

Bunda:"Perang pemikiran itu disebut 3 F, F yang pertama adalah Food, apa itu food ?

Kaori:"makanan, o iya kaya makanan itu suka ngga halal ya, padahal diiklanin kayanya enak banget ya"

Bunda:"nah betul itu, dengan trend makanan kita dibuat untuk tidak memikirkan apakah makanan itu halal atau haram"

Kaori:"o iya-iya soalnya enak banget ya kelihatannya"

Bunda:"F yang kedua adalah fashion, apa itu fashion?"

Kaori:"gaya ya"

Bunda:"ya, gaya berpakaian, dengan fashion kita dibuat berpikir untuk tidak menutup aurat kita lagi"

Kaori:"o ya... ya.."

Bunda:"F yang ketiga, fun, apa artinya?"

Kaori:"bersenang-senang"

Bunda:"iya betul, dengan kesenangan yaitu games terus film"

Kaori:"terus kita ngga boleh nonton film?"

Bunda:"boleh, boleh aja tapi harus film yang berkualitas, makanya di rumah ini ngga ada yang nonton sinetron, dan jangan sampai kita lupa dan tidak punya waktu untuk membaca dan menghafal Al-Quran, atau dengan ibadah yang lainnya".

Kaori:"iya... ya... udah jam 9, teteh ngaji dulu ya"



| Tidak ada komentar

Traktor membangun rumah

Diceritakan oleh Pancar (5 th)

Traktor mau membangun rumah
Dengan Menggali tanah
Orangnya bangun dan mandi dulu
Sore hari rumahnya belum jadi
waktu malam rumahnya sudah jadi
Paginya orangnya tidur karena tadi malam ngga tidur
Siangnya dia pergi melihat pemandangan di Palembang
Sorenya dia kembali ke rumah
Ibu dan anaknya sudah datang dari Bogor
Nenek dan kakeknya juga datang dari Cikarang
Digambar dan difoto oleh Pancar
| Tidak ada komentar